Pak Moel, nama itu tak lain adalah nama pemilik rumah kost yang kami tempati.
Berawal dari ketidak nyamanan yang terjadi di lingkungan sekitar daerah kost kami yang terletak di kertosono, kami para penghuni kost mulai genting dengan keadaan.
Minggu, 21 maret 2010
Rencananya pagi ini kami akan pergi ke pondok untuk menyelesaikan surat pengantar PSG ke 2 kami, Pak Moel menawarkan untuk berangkat bersama keluarga, karena Pak Moel sekeluarga akan pergi ke Surabaya selama 3 hari.
Pukul setengah 8 kami sudah siap di depan rumah dengan memakai seragam sekolah kami. namun Pak Moel sekeluarga masih di dalam, hingga datang seseorang yang tak lain adalah mas Dicky, putra pak Moel yang terakhir memarkirkan sepedanya di depan gerbang rumah, dia bertanya kepada kami dimana pemilik rumah, kami menjawab bahwa mereka ada di dalam rumah.
Mas dicky langsung masuk rumah dan tak lama setelahnya, dia keluar dengan keadaan marah dan membanting pot yang ada di depan kami.
Pak Moel segera menyusul keluar dan menanyakan siapa yang memecahkan pot, spontan kami menjawab bahwa mas Dicky yang memecahkan, dan Pak Moel kembali ke dalam sambil berkata pada kami agar kami tidak perlu takut, karena itu hanya tindakan mencari perhatian.
Akhirnya kami mengerti kenapa di setiap sudut rumah ini harus terkunci rapat.
Senin, 22 maret 2010
Ketika senja mulai larut, satu di antara kami, yaitu Rosma sedang asik melihat suatu acara televisi, tak terduga, sesuatu yang belum pasti mulai menunjukkan wujudnya melalui hentakan kaki layaknya orang sedang berlari, tak ayal, seketika itu juga Rosma mulai tak enak hati dan mencoba memberi kabar pada Riad yang ketika itu sedang berada didalam kereta api Rapih Dhoho dan saya berada di Tulung Agung.
Selasa, 23 maret 2010
Pagi itu kami para penghuni kost mengadakan acara pembersihan halaman depan rumah kost ditemani oleh orang kepercayaan pemilik kost, yaitu Pak To.
Saat itu juga Pak To berpesan kepada kami agar kami tidak lupa mengunci semua pintu di rumah ini, jelas kami sangat meng-iyakan, mengingat kejadian menggemparkan itu.
Pukul 8.59 kami berangkat ke Telkom, tempat kami melaksanakan PSG.
Tak ada sesuatu yang mengganjal di hati kami hingga sore datang, kamipun beranjak pulang dan saat itu mas Dicky dan teman-temannya terlihat seperti mengintai kami, tak di ragukan lagi, dengan keadaan lelah dan takut, kami segera berolari dan memutar arah. Sialnya, ketika kami sudah berada di samping rumah, ternyata mas Dicky cs berjalan dengan santai dan setengah mengejek melihat kami ketakutan, untungnya mereka tak lagi mengejar kami dan berjalan ke stasiun.setibanya di rumah, saya segera menutup dari dalam semua pintu, jendela, termasuk pintu samping. Dan hujan pun turun.
Setelah hujan reda, kami langsung mandi dan membeli mie ayam di warung dekat kost, namun ketika kami hendak pergi, Evig yang tak ingin ikut dengan kami untuk menikmati mie ayam merasa sedikit curiga, karena ada seorang yang membawa tembak.
Sebelum berangkat lampu depan kami matikan, tapi ada yang janggal, karena salah satu lampu mengalami cedera. Kami memutuskan untuk nanti memberi kabar pada Pak To.
Sore hampir berganti malam, Kenni mulai melayangkan matanya menonton OVJ sendirian, karena kami lelah saat itu.
Ternyata suara hentakan kaki itu kembali muncul dan dia segera berlari ke kamar kami dan menceritakan hal itu, namun kami hanya menganggap itu suara tikus.
Dan malam itu kami mencoba tidur dengan lelap.
Rabu, 24 maret 2010
Sore itu Rosma memang yang selalu pulang lebih awal mencoba merentangkan tubuh di atas kasur di kamar kami, tak lupa dia menutup pintu.
Tak lama setelahnya, dia merasa ada yang sedang mendobrak pintu kamar kami, dengan ekspresi kaget, dia segera membuka pintu itu dan berlari menuju ruang tengah.
Dan tiba-tiba ada yang berteriak meminta di bukakan pintu, setelah dilihat ternyata yang berteriak adalah Riad dan Kenni.
Kamis, 25 maret 2010
Sore sepulang kami dari kantor kami menemukan Pak Moel sekeluarga telah tiba dari Surabaya.
Tapi malam itu juga kami mendengar kabar bahwa beliau sekeluarga akan pergi ke Surabaya lagi besok.
Haahh??
Dari kejadian-kejadian ganjal yang kami rasakan akhir-akhir ini, setelah kami rundingkan kami putuskan untuk menceritakannya kepada Pak Moel.
Alhasil, Pak Moel menceritakan bahwa dahulu mas Dicky pernah membawa teman-temannya yang membawa pacar masing-masing. Mas Dicky cs mengobrak-abrik rumah dan memaksa untuk tidur di rumah itu.
Saat itu juga, Kanjeng Ratu yang lukisannya tertempel kokoh di ruang tengah turun dengan di kanan dan kiri beliau terdapat sayap yang mengepak dan mengejar semua teman-teman mas Dicky, akhirnya mereka semua kapok dan tidak berani lagi main ke rumah Mas Dicky. Setelahnya Mas Dicky berlutut meminta maaf pada Pak Moel.
Dan terakhir Pak Moel berkata bahwa sebenarnya seluruh kejadian yang kami lalui akhir-akhir ini karena kami telah melupakan salah satu kewajiban yang harus kami lakukan, yaitu menunaikan sholat.
Mereka (hal-hal ghoib) telah diutus Allah unut mengingatkan kami akan kewajiban itu. Dan dengan sadar kami mengakhiri pengalaman yang kami lalui tersebut dengan kembali menunaikan sholat dan tidak melupaknnya lagi.
0 komentar:
Posting Komentar